Monday, May 16, 2016

Antara Aku, Jari, Dan Media Sosial


Jujur aja beberapa bulan ini, saya dan beberapa sahabat lagi getol-getolnya komunikasi menjalin silaturahmi lewat layanan chatting di handphone *mau bilang grup di BBM susah amat.

Dan obrolan kita yang hits itu seputar kagak-berani-mengkritik-kelakuan-seseorang. Bukan gak berani siy, tapi lebih tepatnya nyali kita terpaksa di-nol kan. Mengingat akan berpengaruh ke nama baik seseorang.

Jadi ceritanya gini, ada temen saya ceritanya laporan pandangan mata tentang temannya yang suka banget curhat di medsos. Apapun itu, mulai dari pekerjaannya, kegiatannya mulai dari bangun tidur, kuterus mandi, tak lupa menggosok gigi, de el el, termasuk kehidupan rumah tangganya. Kehidupan rumah tangganyapun ya berbagai episode. Episode galau, episode pasangan nraktir candle light dinner, episode dipromosikan, yah gitu deh. Suatu ketika, temannya temen saya *elah*, curhatnya kebablasan. Sudah menjurus akan berakibat memburuknya nama baik seseorang. Saya pun juga gak akan menceritakan dengan detil apa isi curhatannya, karena mengandung privasi orang tersebut. Intinya siy apa yang dia posting itu bisa dibaca orang-lain-yang-berkaitan-dengan-isi-curhatannya-dan-bisa-menjelekkan-image-dan-nama-baik-seseorang. Nah loh panjang kan. Gini deh gampangannya. A curhat tentang kehidupannya di medsosnya. Nah kl di medsosnya kan banyak tuh friend listnya. Misal B baca tuh postingan. Disebarin ke temen-temennya, salah satunya si C. Nah si C ini bisa ngelabrak lah istilahnya. Yang rugi kira-kira siapa? yang jelas ke yg mosting lah. Tapi tak terlepas juga ke pasangan.

Oke, sayapun juga sudah melewati masa cabe-cabean *pernah muda maksudnya hihihi. Saya juga siy pernah melakukan hal serupa. Posting-posting gitu curhat ke facebook. Mulai dari dapat uang kaget, ditraktir es oyen sama temen, sampai film Dono, Kasino, Indro yang legend itu. Dulu saya ngiranya dengan posting apa yang terjadi di kehidupan kita, isi uneg-uneg kita, saya akan mendapatkan respon. Mbuh itu cuma sekedar like ato balasan komen. Gak tau juga kenapa, pokoknya asik aja gitu kalo kita posting sesuatu dan dapat balasan. Seperti menang lotre, girangnya gak ketulungan dan mendapat perhatian dari khalayak ramai *ahsekk gak bahasaku. Seiring dengan bertambahnya usia *semoga keriput-keriput gak juga nambah*, saya menemukan bahwa nyampah curhat di medsos itu malah bikin saya menelanjangi diri sendiri.Yang tadinya berharap mendapat respon dan perhatian melalui postingan kita, sekarang justru berbalik menjadi skeptis.

Barusan saya nonton acara lawak ILK di tv, sambil ngelonin anak. Di situ kebetulan juga membahas tentang curhat di medsos. Banyak opini-opini yang dilontarkan dari narasumber lawakan yang namanya suka disingkat. Dan kalo singkatannya dijabarkan malah menjadi suatu komunitas tertentu. Ah saya lupa apa ya salah satunya, hihihi..habisnya peserta ILK mah gitu, kepanjangan kalo bikin singkatan, jadi lupa deh. Tapi asli lucuk. Oke, lanjut. Saya ambil point-point penting aja ya tentang bagaimana menyikapi dan kenapa orang suka curhat di medsos.

Nyang pertama. Curhat di medsos?no way!. karena itu termasuk membuka aib dan rahasia pribadi kita. Jadi sebaiknya rahasiakan kehidupan kita sebagaimana kita merahasiakan ibadah kita. So, jawabannya, dilarang curhat di medsos.

Number two. Orang yang suka curhat di medsos menunjukkan miskinnya jumlah teman nyata. Kalo orang normal niy yah, begitu ada masalah, lari ke sahabat dekat untuk curhat, atau bersandar mesra ke pundak pasangan sambil berbagi keluh kesah. Nah kl gak punya teman? u know the answer.

Nomer tiga. Orang yang suka curhat di medsos adalah orang yang butuh perhatian dan terkesan ingin menjadi self-centered. Orang yang suka jadi pusat perhatian lahhh...tapi ya gak juga dengan jalan umbar-umbar kehidupan pribadi jugak demi mendapat komen, jempol, atau emoticon. Pusat perhatian cukuplah foto-foto cetarnya jeng Syahrini di Eropah.

Yuhuu ke4. Orang yang suka curhat di medsos menunjukkan bahwa dirinya belum dewasa. Jadi masih labil gitu kah? masih anak ingusan ya mbak?. No, usia bukan berarti menunjukkan semakin dewasanya seseorang loh. Seperti grafik parabola (setengah lingkaran). Saat telah melewati titik terpuncaknya, maka akan semakin turun kan?!. Nah begitu pula dengan manusia, saat sudah melewati titik terpuncak di usianya, maka sifat manusia akan kembali menjadi anak kecil seiring dengan bertambahnya usia. Almarhum kakek saya dulu juga seperti anak kecil aja sikapnya dan jadi lebih manja.  Jadi saya sudah masuk kategori dewasa donk yah hihihi.

Terus medsos gunanya untuk apaan? kan kite-kite anak kekinian pengen berekspresi. Ya sudah, kan sudah jelas noh, kalo kita harus merahasiakan kehidupan kita sebagaimana kita merahasiakan ibadah kita. Kalo gitu kita posting resep makanan sama makanan ajiaahh...
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Subscribe My Channel Youtube

Follow my Instagram

Instagram

Followers

Categories

none

none

Text

Featured Posts

Total Pageviews

Pages

Thank you sudah masuk ke blog ini. Jangan lupa tinggalkan komen dan follow ya, nanti aku follow balik

Copyright © Rusty Fingers | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com